ProsesTerjadinya Hujan. 1. Penguapan (Evaporasi) Proses terjadinya hujan yang pertama ialah proses penguapan atau evaporasi. Hal ini terjadi karena matahari yang selalu menyinari bumi memiliki efek panas, sehingga energi panas tersebut membuat air yang berada di danau, sungai, laut dan sumber di permukaan bumi lainnya mengalami proses penguapan.
Sedangkanmuson Timur adalah angin yang bertiup antara bulan April hingga bulan Oktober. Kedua angin ini tentu memiliki dampaknya. 1. Dampak positif angin muson barat. - Tanaman menjadi lebih hijau. - Mengurangi polusi udara. - Tidak perlu menggunakan perairan di sawah. - Mengurangi Resiko kebakaran hutan. 2.
Vay Tiį»n Nhanh Chį» Cįŗ§n Cmnd Nợ Xįŗ„u. - Israel adalah negara kecil di Timur Tengah, seukuran New Jersey, terletak di pantai timur Laut Mediterania dan berbatasan dengan Mesir, Yordania, Lebanon, dan Suriah. Populasi bangsa Israel saat ini lebih dari 9 juta orang yang kebanyakan mereka adalah Israel memiliki banyak situs arkeologi dan keagamaan penting yang dianggap suci oleh orang Yahudi, Muslim, dan Kristen. Sejarah negara Israel ini kompleks dengan periode damai dan konflik dengan bangsa Arab hingga hari ini. Baca juga 19 November 1977 Kunjungan Bersejarah Pemimpin Mesir ke Israel Sejarah awal Israel Israel pertama kali muncul menjelang akhir abad ke-13 SM di dalam Prasasti Merneptah Mesir, yang merujuk pada suatu bangsa di wilayah yang saat itu disebut abad kemudian di wilayah itu, terdapat dua kerajaan bersaudara, yaitu Israel dan Yehuda asal istilah Yahudi. Raja Daud dan Raja Solomon Raja Daud memerintah wilayah Kanaan sekitar 1000 SM. Di pemerintahan selanjutnya digantikan oleh putranya, Raja Solomon atau dalam Islam Sulaiman 970 - 931 SM. Di bawah pemerintahannya, Raja Sulaiman membangun kuil suci pertama di Yerusalem kuno. Pada sekitar 931 SM, wilayah Kanaan itu dibagi menjadi dua kerajaan Israel di utara dan Yehuda di selatan. Baca juga Mengapa AS Terkesan Selalu Pro-Israel?
Claudia Jessica Official Writer Mengetahui sejarah pembentukan Alkitab menjadi sebuah buku yang kita kenal sekarang, akan membantu kita memahami bagaimana kuasa Allah bekerja dalam proses pembentukan Alkitab. Menolong kita untuk tidak mudah digoyahkan dengan pendapat yang mengatakan bahwa kitab orang Kristen yang ada saat ini telah menyeleweng. Tujuan Penyusunan Alkitab Alkitab disusun untuk menuntun orang Kristen dalam mengenal serta lebih menyelami kehendak Tuhan. Oleh sebab itu cara berdoa yang benar sangat penting dalam membaca ayat Alkitab. Agar sebagai pembaca kita dapat memahami apa yang ingin Allah sampaikan. Untuk inilah penyusunan Alkitab memakan waktu yang panjang, supaya kita dapat menelaah kehendak Allah sepenuhnya, dan dapat memberikan pandangan yang tepat akan apa yang Allah firmankan. Inilah pentingnya tujuan dan dasar penyusunan Alkitab yang sebaiknya tidak dilupakan, karena pada dasarnya Alkitab disusun dengan maksud memberikan tuntunan yang baik pada orang Kristen sepenuhnya. Alkitab adalah Firman Allah Alkitab adalah pernyataan khusus Allah kepada manusia. Alkitab adalah firman Allah dalam bentuk tulisan yang kualitasnya sama dengan firman Allah yang verbal. Karena Alkitab adalah Firman Allah, maka Alkitab memiliki natur Supranatural kekal dan ilahi. Dalam proses mewujudkan Firman yang kekal ini, Allah memilih cara yang natural atau alamiah. Prosesnya dengan cara memilih manusia sebagai penulis FirmanNya. Prosedur ini disebut dengan istilah "Allah mengilhami para penulis pilihanNya". BACA JUGA Cara Orang Kristen Menjawab Pertanyaan āApakah Alkitab Masih Relevan di Zaman Ini?ā Alkitab diilhamkan oleh Allah Alkitab adalah Firman Allah karena Alkitab diilhamkan oleh Allah sendiri. Pengilhaman merujuk pada aktivitas Roh Kudus yang mendorong, memimpin dan mengontrol para penulis Alkitab selama proses penulisan, sehingga tulisan mereka berotoritas dan tidak mengandung kesalahan. Ayat Alkitab yang menunjukkan pada kita bagaimana kita bisa memahami konsep pengilhaman. Terdapat dalam 2 Timotius 316, āSegala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.ā Di dalam ayat ini terdapat kata ādiilhamkanā. Kata ādiilhamkanā dalam banyak terjemahan bahasa Inggris diterjemahkan dengan kata dinafaskan Allah. Pada saat kata ini dipakai atau diterapkan di dalam tulisan Alkitab, maka penulis sedang mengajarkan sesuatu yang sangat penting, yaitu bahwa firman Allah yang diucapkan langsung oleh Allah di dalam sejarah atau yang diucapkan oleh Allah melalui para nabi dan para rasul adalah sama otoritasnya dengan firman Allah yang dituliskan di dalam Alkitab, karena apa yang dituliskan itu disebut dinafaskan oleh Allah. Jadi pengilhaman adalah karya Roh Kudus yang mendorong, memimpin dan mengontrol para penulis Alkitab, sehingga apa yang mereka tuliskan tidak mengandung kekeliruan dan kesalahan. Alkitab memiliki Otoritas BACA HALAMAN SELANJUTNYA ->Alkitab memiliki Otoritas Alkitab melibatkan partisipasi manusia, seperti di dalam Lukas 11-4, dimana Lukas berusaha mengumpulkan sumber dan berusaha untuk menyelidiki dan menyusunnya sedemikian rupa. Namun walaupun Alkitab ditulis oleh manusia, tetapi kita tidak boleh lupa bahwa Alkitab diilhamkan oleh Allah melalui pekerjaan Roh Kudus. Oleh karena itu, apa yang dituliskan di dalam Alkitab bersifat otoritatif dan normatif bagi hidup orang Kristen. Apa yang dituliskan bukan hanya menambah pengetahuan kita, tetapi juga mengatur kehidupan kita. Jadi pada saat dikatakan Alkitab berotoritas, hal itu berarti Alkitab berotoritas atas segala aspek kehidupan kita. Alkitab berbicara hanya untuk hal-hal yang sungguh-sungguh ingin ajarkan. Hal-hal itu bisa berkaitan dengan iman, etika, geografi, sejarah, filsafat, atau dengan apapun juga. Pada saat Alkitab benar-benar menyinggung dan benar-benar memaksudkannya seperti itu, maka apa yang ditulis dalam Alkitab adalah bersifat normatif bagi kita karena mengandung otoritas ilahi di dalamnya. Kiranya otoritas Alkitab membuat kita semakin tunduk dan semakin giat membacanya, karena kita tahu kita bisa memahaminya dan mendapat menfaat darinya sehingga kita bisa bertumbuh dan menyenangkan hati Tuhan. Alkitab memiliki kejelasan Apa maksud dari pernyataan Alkitab mengandung kejelasan? Kita perlu memahami bahwa Alkitab dituliskan Allah untuk semua umat Allah. Alkitab tidak dituliskan hanya untuk segelintir orang dengan pengetahuan teologi yang luar biasa atau untuk segelintir orang yang memiliki pengalaman luar biasa bersama dengan Tuhan. Tetapi Alkitab dituliskan untuk semua umat Allah, baik umat Allah di dalam Perjanjian Lama, Perjanjian Baru, maupun sekarang. Tidak semua dari mereka merupakan orang-orang yang hebat secara intelektual atau tinggi dalam pendidikan. Tetapi Alkitab ditulis sebagai sebuah kejelasan bagi semua orang. Alkitab memiliki karakteristik jelas karena memang dimaksudkan untuk semua umat Allah. Alkitab bisa menjadi bahan perenungan dan bahan studi yang sangat mendalam, sampai orang yang paling pintar sekalipun tidak bisa memahaminya. Tetapi Alkitab sekaligus juga bisa menjadi bahan bacaan yang begitu sederhana, sehingga orang-orang biasa pun bisa membaca dan mendapat manfaat dari Alkitab. Martin Luther pernah mengatakan bahwa khotbah yang baik adalah khotbah yang dapat dipahami oleh orang-orang yang berpikir intelek maupun orang-orang yang cara berpikirnya sederhana. Alkitab ditulis ribuan tahun Rentang waktu penulisan kitabākitab yang kita kenal dalam Alkitab saat ini, memakan waktu sekitar 1500 tahun, dari tahun 1400 SM sampai tahun 100 M. Bahkan proses pembentukannya menjadi Alkitab seperti yang kita kenal saat ini, membutuhkan waktu sekitar 1800 tahun. Jika bukan karena kuasa Allah yang bekerja, maka mustahil terjadi pembentukan Alkitab yang membutuhkan waktu hampir 2000 tahun lamanya. Dan luar biasanya lagi, meski proses penulisan kitabākitab itu terbentang dalam ribuan tahun, namun jika kita membaca secara teliti keseluruhan Alkitab, maka terlihat sangat jelas tentang kisah kasih Allah kepada manusia yang saling bertautan dari satu kitab ke kitab lainnya. Dengan mengetahui proses pembentukan Alkitab ini, menolong kita untuk tidak mudah digoyahkan dengan pendapat yang mengatakan bahwa kitab orang Kristen yang ada saat ini telah diselewengkan. Efesus 4 14 āSehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan.ā Pada artikel selanjutnya, kita masih akan membahas sejarah terbentuknya Alkitab kita. Stay tune ya! Sumber jawaban channel Halaman Tampilkan per Halaman
Apakah Alkitab yg ada pada kita sekarang turun begitu saja dari langit? ataukah ada prosesnya sehingga terbentuk seperti sekarang? ya tentunya ada. proses itu dinamakan kanonisasi. Kanonisasi Alkitab Kata ākanonā berasal dari kata Yunani kanÅn dan kanÄ yang merupakan kata pinjaman dari bahasa Semit kaneh yang berarti ātongkat pengukur.ā Jadi, kanon Alkitab menunjuk pada sekumpulan kitab yang dengan ukuran tertentu sekaligus menjadi ukuran iman, ajaran dan tradisi Kristen. Persoalan awal kanonisasi justru terletak pada isu Apa yang menjadi ukuran dalam menentukan kanon? Apa kanon bagi kanon? Hal ini akan dibahas lebih lanjut belakangan. Namun cukup untuk sementara mengatakan bahwa pertanyaan singkat di atas ternyata menghasilkan kepelbagaian pandangan dan hasil kanonisasi itu sendiri; mulai dari Gereja Katolik Roma hingga gereja-gereja Protestant. Karena proses kanonisasi Alkitab berbeda antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, maka masing-masing akan dibahas secara tersendiri. Kanonisasi Perjanjian Lama Alkitab Ibrani sering dikenal dengan nama TaNaKH Torah, Neviāim dan Ketuvim ā kitab-kitab Taurat, kitab-kitab para nabi dan kitab-kitab lain. Proses kanonisasi PL yang pertama dikenal berlangsung pada masa pemerintahan raja Yosia 622 BCE, yang sering diberi nama Gerakan Reformasi Deuteronomis. Gerakan ini berhasil menghimpun dan mengedit dari berbagai sumber menjadi satu kumpulan Taurat Torah yang terdiri dari 5 kitab. Kitab nabi-kabi ditambahkan kemudian oleh para imam yang dibuang ke pembuangan 586-539 BCE. Yang disebut kitab nabi-nabi neviāim terdiri atas kumpulan kitab nabi-nabi terdahulu Yosua, Hakim-hakim, Samuel dan Raja-raja dan kumpulan kitab nabi-nabi terkemudian. Bagian ketiga kanon Alkitab Ibrani ketuvim ditambahkan setelah mereka pulang dari pembuangan, kemungkinan besar pada masa Ezra dan Nehemia. Termasuk di dalamnya Mazmur, Amsal, Ayub, 5 Megillot Kidung Agung, Ruth, Ratapan, Pengkotbah, dan Ester, Daniel, Ezra dan Nehemia sebagai satu buku dan Tawarikh. Yang menarik, kutipan-kutipan yang mengacu pada Alkitab Ibrani, yang banyak dijumpai di PB, sebenarnya mengacu pada tiga kumpulan kitab-kitab di atas, yang masih berada pada bentuk yang tidak ketat. Yesus, misalnya, sering mengacu pada āhukum Taurat dan kitab para nabiā Mt. Lk. dan sekali pada ākitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmurā Lk. Baru pada tahun 70 CE, setelah runtuhnya Yerusalem, pemuka-pemuka Yahudi mengadakan Sidang Sinode di Jamnia, untuk menentukan secara pasti kitab-kitab apa yang diakui dan masuk ke dalam Alkitab Ibrani. Di sidang itulah kanon PL bagi orang-orang Yahudi diputuskan secara final. Namun ini tidak berarti bahwa dengan sendirinya kanon Ibrani itu menjadi kanon PL umat Kristen. Gereja Kristen perdana menerima Alkitabnya PL dari orang-orang Yahudi berbahasa Yunani. Tentu saja Alkitab yang mereka terima adalah Alkitab yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani sering disebut āAlkitab Alexandriaā, yang dikenal dengan nama Septuaginta atau LXX karena dikerjakan oleh sekitar 70 ahli dari Alexandria. Perbedaan paling mencolok antara āAlkitab Ibraniā dan āAlkitab Alexandriaā terletak pada klasifikasi yg dipergunakan dan jumlah kitab yang dikoleksi masing-masing. Jika Alkitab Ibrani memakai klasifikasi TANAKH, Alkitab Alexandria memakai klasifikasi berdasarkan jenis sastranya sejarah, puisi, kebijaksanaan dan nabi-nabi. Jumlah yang dikoleksi masing-masing Alkitab juga berbeda. Dalam tulisan bapa-bapa gereja misalnya Augustinus, Origenes dan Athanasius, kitab-kitab tambahan yang tidak termasuk dalam Alkitab Ibrani dikutip dan diakui sebagai kitab suci pula. Perbedaan inilah yang kemudian memunculkan perdebatan sengit antara gereja Katolik dan gereja Protestan. Sementara gereja Katolik Roma mengakui āAlkitab Alexandriaā yang dipakai dalam kehidupan gereja selama ini sebagai dasar pembentukan Alkitab PL Kristen, gereja Protestan mengakui āAlkitab Ibraniā sebagai Alkitab PL Kristen. Kitab-kitab lain yang ada di dalam āAlkitab Alexandriaā dan yang tidak ada di dalam āAlkitab Ibraniā itu kemudian disebut sebagai deuterokanonika sebutan oleh gereja Katolik atau kitab-kitab apokrif sebutan oleh gereja Protestan, yang artinya ātersembunyiā. Agak sukar mendaftarkan kitab-kitab apa saja yang ditambahkan ke dalam LXX, karena LXX sendiri memiliki beberapa versi. Misalnya dikenal tiga versi yang paling penting Codex Vaticanus abad ke-4, Codex Alexandrinus abad ke-5 dan Codex Sinaiticus abad ke-4. Namun prinsipnya LXX inilah yang kemudian diterima oleh Gereja Katolik Roma sebagai dasar Alkitab PL. Di dalam Konsili Trente 1546 ditetapkanlah berdasarkan LXX, susunan Alkitab PL yang diakui oleh Gereja Katolik Roma. Daftar kitab-kitab lain apokrif dalam Kitab Suci PL menurut Gereja Orthodox ternyata lebih panjang lagi. Genesis Exodus Leviticus Numbers Deuteronomy Joshua Judges Ruth 1 Samuel 2 Samuel 1 Kings 2 Kings 1 Chronicles 2 Chronicles Ezra Nehemiah Tobit Judith Esther + additions to Esther 1 Maccabees 2 Maccabees Job Psalms Proverbs Ecclesiastes Song of Songs Wisdom of Solomon Sirach Ecclesiasticus Isaiah Jeremiah Lamentations Baruch includes Letter of Jeremiah Ezekiel Daniel + Susanna & Bel and the Dragon Hosea Joel Amos Obadiah Jonah Micah Nahum Habakkuk Zephaniah Haggai Zecariah Malachi Dalam praktik, masalah kemudian muncul, karena beberapa doktrin gereja Katolik memperoleh dasarnya dari kitab-kitab deuterokanonika ini. Misalnya ajaran mengenai arwah dan api penyucian 2 Makabe 1238-45. Jadi, sebenarnya, pertanyaan āsiapa yang menambahi Alkitab?ā pertanyaan dari kalangan Protestan atau āsiapa yang mengurangi Alkitab?ā pertanyaan dari kalangan Katolik bermuara dari perbedaan ini. Kanonisasi Perjanjian Baru Kanonisasi Perjanjian Baru memiliki latar belakang yang jauh berbeda. Sejak gereja perdana, Kristus yang bangkit menjadi āukuran imanā rule of faith, regulum fidei. Iman pada Kristus itu diturunalihkan dari satu generasi ke generasi lain, baik melalui tradisi oral kisah kehidupan, kematian dan kebangkitan Kristus maupun melalui surat-surat dari para rasul kepada jemaat-jemaat. Namun, masalahnya kemudian, ketika Injil tersebar dan bersentuhan dengan banyak budaya, filsafat dan agama, āKristus yang bangkitā sebagai regulum fidei itu kemudian diinterpretasi secara berbeda dan bahkan berlawanan satu dengan yang lain, yg muncul lewat banyak tulisan, injil dan surat. Banyak dari ajaran-ajaran tersebut di kemudian hari dicap sebagai unorthodox atau heretic. Kebutuhan menjawab ajaran-ajaran yang unorthodox ini dibarengi dengan kesadaran bahwa tradisi oral yang mengandalkan memori tidaklah dapat bertahan lama, selain juga bahwa saksi-saksi pertama para rasul tidak akan tinggal bersama jemaat selamanya. Karena itulah injil-injil mulai ditulis, menambah koleksi surat-surat rasuli lainnya, yang sudah terlebih dahulu beredar dan diperbanyak di antara jemaat-jemaat. Dengan makin menguatnya ajaran-ajaran sesat dan makin meluasnya perkembangan Injil, maka muncul dua kebutuhan mendasar ditetapkannya kanon baru untuk mendampingi kanon PL dan dirumuskan kredo-kredo yang menjadi intisari pengajaran rasuli. Kanonisasi PB berlangsung melalui proses yang panjang, sampai akhirnya diputuskan dalam Konsili Carthage 419. Daftar yang muncul di konsili itulah yang kita miliki hingga sekarang, yang diakui oleh seluruh gereja Kristen. 100 CE 200 CE 250 CE 300 CE 400 CE Bagian-bagian yang berbeda dari PB ditulis pada masa ini namun belum terkoleksi dan didefinisikan sebagai āKitab Suci.ā Para bapa gereja Polikarpus, Ignatius, dll mengutip dari Injil-injili dan surat-surat Paulus, selain dari tulisan lain dan sumber-sumber oral. Surat-surat Paulus dikumpulkan pada akhir abad pertama. Matius, Markus dan Lukas dikumpulkan bersama-sama sekitar tahun 150 CE. PB di gereja Roma āMuratorian Canonā PB yang dipakai oleh Origenes PB yang dipakai oleh Eusebius Konsili Kartage 419 Empat injil Kisah Surat-surat Paulus Roma 1&2 Korintus Galatia Efesus Filipi Kolose 1&2 Tesalonika 1&2 Timotius Titus Filemon Yakobus 1&2 Yohanes Yudas Wahyu Yohanes Wahyu Petrus Kebijaksanaan Salomo Empat injil Kisah Surat-surat Paulus Roma 1&2 Korintus Galatia Efesus Filipi Kolose 1&2 Tesalonika 1&2 Timotius Titus Filemon 1 Petrus 1 Yohanes Wahyu Yohanes Empat injil Kisah Surat-surat Paulus Roma 1&2 Korintus Galatia Efesus Filipi Kolose 1&2 Tesalonika 1&2 Timotius Titus Filemon 1 Petrus 1 Yohanes Wahyu Yohanes kepengarangan diragukan Empat injil Kisah Surat-surat Paulus Roma 1&2 Korintus Galatia Efesus Filipi Kolose 1&2 Tesalonika 1&2 Timotius Titus Filemon Ibrani Yakobus 1&2 Petrus 1,2&3 Yohanes Yudas Wahyu Yohanes Dipakai untuk pribadi namun tidak untuk ibadah umum Diperdebatkan Diperdebatkan namun dikenal secara baik Dikeluarkan Gembala Hermas Yakobus 2 Petrus 2&3 Yohanes Yudas Gembala Hermas Surat Barnabas Pengajaran 12 Rasul Injil Ibrani Yakobus 2 Petrus 2&3 Yohanes Yudas Gembala Hermas Surat Barnabas Injil Ibrani Wahyu Petrus Kisah Petrus Didache Apakah kriteria yang dipakai untuk menentukan diterima tidaknya sebuah kitab? Setidaknya ada empat kriteria dasar Kerasulan. Sebuah kitab diterima sejauh terbukti meneruskan tradisi rasuli, yaitu para murid Yesus. Ortodoksi. Sekalipun harus diakui bahwa masing-masing kitab memiliki keunikan masing-masing yang membuat keseluruhan Alkitab berwujud sebuah ādiversityā, namun diakui pula bahwa masing-masing Alkitab memiliki kesatuan unity yang berporos pada iman yang sama pada Kristus yang bangkit dan dimuliakan. Antiquity. Yang diakui adalah kitab-kitab yang lebih kuno atau yang paling dekat dengan peristiwa Yesus. Pemakaian dalam Komunitas. Hanya kitab-kitab yang dipakai secara meluas oleh jemaat yang dimasukkan ke dalam kanon. Joas Adiprasetya This entry was posted on September 12, 2010. It was filed under Alkitab and was tagged with Uncategorized.
proses terjadinya alkitab disebut dengan